Kamis, 15 Maret 2012

Kemapanan Gaya Hidup Anak P U N K

istimewa
Beberapa pekan lalu, ada sebuah berita cukup menghebohkan. Dimana
tindakan polisi syariah Aceh telah menghakimi sebanyak 64 punker (komunitas anak punk). Komunitas yang sebagian besar dihuni para lelaki itu rela rambut gaya mohawk-nya dipangkas habis oleh para aparat polisi, dibersihkan didanau dan berganti pakaian untuk melaksanakan ibadah.
istimewa
          Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah walikota Aceh, pada dasarnya cukup beralasan. Sang walikota, Illiza Sa’aduddin, enggan kotanya menjadi kota gengster. Tampilan kucel dengan aksesoris yang cukup menyeramkan kerap ditampilkan para komunitas punk. Meskipun tidak ada bukti tindak kekerasan yang mereka lakukan, tetapi pola kehidupan mereka yang suka berkumpul dan cenderung bergerombol dinilai menakutkan. Itulah yang mendasari Illiza mengambil tindakan tegas dengan alasan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kota Banda Aceh.
          Jika ditilik, sebetulnya komunitas punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Komunitas ini berkembang ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Punk mulai merambah ke kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Denpasar, Malang dan juga sudah merambah kebeberapa kota kecil lainnya sejak awal tahun 90an. Menurut Iswan, salah satu pentolan anak punk dibilangan Jakarta Barat ini mengaku keberadaan para punk sudah terjadi sejak lama. Meskipun dirinya tidak memberi keyakinan sejak kapan pastinya punk berada di Indonesia.
Tetapi sejak awal tahun 1998, para komunitas punk ini semakin berkembang. Anak-anak punk dikenal sebagai anak-anak kelas pekerja. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan uang halal. Menjadi juru parkir ataupun mengamen lebih terhormat dari pada harus meminta-minta. "Sebenarnya komunitas punk sudah banyak di Indonesia. Kita biasanya berkumpul disebuah acara, disitulah kita bertemu,”ujar Iswan yang punya nama panggilan Ichan itu.
istimewa
Komunitas Punk Muslim
Lantaran sering berpenampilan urakan, banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer  atau perusuh. Karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
          Sebetulnya punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Sebut saja potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Sebetulnya punk dikenal sebagai gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan yang bernama "kebebasan berkarya".  Penilaian punk dalam melihat suatu masalah banyak mereka tuangkan melalui lirik-lirik lagu yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama. Berbicara agama, ternyata komunitas ini punya yang namanya komunitas punk muslim. Salah satunya punk muslim yang dibentuk pada 2007, di rumah singgah anak jalanan, Sanggar Oedix. Rumah yang dulu merupakan tempat berkumpul para preman, copet, penodong, dan pengamen. Berkat tangan dingin Ketua Panji (Persaudaraan Anak Jalanan Indonesia) Budi Khaironi (almarhum), rumah itu berubah menjadi tempat pertobatan anak jalanan.
Dharma, salah seorang anggota punk muslim, mengakui susahnya mengikuti jalan hidup islami. Hampir tiap hari dia hanya memikirkan cara mendapatkan uang. Dengan mengamen sejak pagi sampai malam, dia bisa mendapatkan uang. “Karena dapatnya gampang, ya untuk beli minuman, narkoba. Sekarang, alhamdulillah tidak lagi. Ngamen masih, salat jalan terus,” ucapnya. Memang banyak para punk jalanan yang tidak konsisten. Mereka rata-rata bukan lagi pencinta musik punk, melainkan hanya ikut-ikutan mode. Anehnya, sebagian besar menganggap gaya hidup ala sosialis itu sebagai ideologi.
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).  Dari sisi musikalitas, punk berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan. Sebut saja The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia.
 Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman (label) pun enggan mengorbitkan mereka. Tetapi meskipun begitu, musik punk tetap tidak akan mati. Musik punk telah mempunyai penggemar tersendiri,  para penggemar para punker diseluruh dunia yang tetap mengusung sebuah kebebasan (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar