![]() |
istimewa |
Kakiku mulai maju selangkah demi selangkah. Meski rasa gemetar
mulai terasa diujung kedua kaki. Kira-kira hampir 200 centimeter lagi aku
berada diujung bangunan hotel berlantai 10. Hembusan sejuk angin seolah
mengajak aku terus maju. Sejuknya sedikit melindungi kulitku dari teriknya
sengatan matahari. Imajinasiku sempat buyar disaat keramaian terdengar dari
bawah gedung hotel.
Semakin lama suara itu semakin terasa keras. Aku menatap
kebawah dan melihat kerumunan orang-orang yang berada ditrotoar dan seberang
jalan begitu asik melihat kearah ku. Ternyata disana ada beberapa teman dan
kerabat dekat. Meski tidak terlihat jelas, wajah-wajah mereka seperti memperlihatkan
wajah cemas dan ketakutan. Seandainya mereka tau apa yang sudah aku rasakan.
Sudah terlambat
kawan..sudah terlambat. Bukankan apa yang aku lakukan saat ini adalah keinginan
dari kalian semua ? Supaya aku bisa menghilang dari kehidupan kalian dengan
segera. Supaya kalian puas..puas..!! Kalaupun aku menghilang, toh tidak ada
yang perlu diributkan. Mungkin tidak seheboh berita perceraian para selebriti
yang disiarkan berulang-ulang. Gossip murahan yang disiarkan dari pagi sampai
sore…
Aku lebih
drastis kawan.. ini semua berawal ketika kedua orang tua aku memutuskan untuk
bercerai, ketika tau adik perempuanku telah hamil 3bulan dibalik seragam
sekolah menengah pertamanya. Aku sudah curiga dengan ketua kelas yang
mengantarkannya pulang setiap hari. Wajah polosnya ternyata kedok untuk
memangsa adikku. Katanya sih cinta, tapi kalau sudah hamil malah kabur tidak
jelas kemana. Belum lagi kakak laki-laki ku yang tertangkap mata oleh ayahku yang
sedang jalan mesra disalah satu tempat perbelanjaan di Jakarta. Kakak ku
bergandengan tangan dengan seorang pria bule setengah baya. Mama tidak pernah
perduli dengan keadaan dirumah. Yang diurus hanyalah arisan dan arisan.
Terkadang dirinya sering meeting diluar
kota sampai beberapa hari. Ayahpun sama saja. Terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. Jika sedang bekerja, meski ada suara bom meledakpun dia tidak
akan bergeser dari kursi dan laptopnya.
Dunia bagiku
seolah kiamat. Meja makan dirumah hanyalah pelengkap ruangan dapur. Dari pada
stress dirumah, aku lebih baik keluyuran. Kemana saja yang aku suka. Pulang
kuliah aku tidak langsung pulang kerumah, aku justru memilih hotel sebagai
tempat merenung. Ya..hanya untuk merenung. Sesekali aku melihat akun tweeter
dari orang-orang stress ibu kota melalui hape Blackberry. Isinya tak jauh beda
dengan ku, banyolan dan segala keluhan yang justru membuat aku sesak.
Dari atas
gedung ini aku selalu berfikir, betapa sulitnya untuk berkomitmen. Tapi kalau
aku pikir tidak juga. Berapa banyak orang didunia ini yang sudah hidup dalam
komitmen. Mereka tentu menjalani hal yang sama, dan mereka tidak harus
mengakhiri komitmen mereka. Bercerai adalah tindakan yang sangat egois dan
tidak bisa diterima. Aku sering melihat nenek-nenek dan kakek-kakek berjalan
bersama disebuah taman dipagi hari dengan terlihat gembira.
Akhirnya aku
terpaksa mengambil langkah ini. Langkah yang sebetulnya tidak pernah terpikir
oleh ku. Cukup dua langkah kedepan, dan matahari sudah mulai terlihat meredup
didepan ku. Tiba-tiba suara pintu terhentak dengan keras. Polisi meminta ku
untuk tidak melanjutkan langkah. Aroma fajar begitu kuat kurasakan, seolah aku
memiliki sayap yang bisa mengepak untuk terbang jauh. Pergi jauh dari pandangan
orang-orang dibawah yang menatapku tajam 100 persen…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar